Kesimpulan dan Refleksi Dasar-dasar
Pendidikan
Ki Hajar Dewantara
Sumber: https://bit.ly/3TEeNiI
Pendidikan dan pengajaran
tidak dapat dipisahkan. Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD), pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari
Pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau
berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan
Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala
kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai
amggota masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia
Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk
mencapainya.
Ki Hajar Dewantara memberikan
pemikirannya tentang Dasar-dasar Pendidikan. Menurut KHD, Pendidikan
bertujuan untuk menuntun segala
kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya dapat
menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar
dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat
anak.
Peran Pendidik diibaratkan
seorang Petani atau
tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari
tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda
jenis tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa
melayani segala bentuk kebutuhan metode belajar siswa yang
berbeda-beda (berorientasi pada
anak). Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk
mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu
bukan berarti kebebasan mutlak, perlu tuntunan dan arahan dari guru
supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.
KHD juga mengingatkan para
pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada namun
tidak semua yang baru itu baik, jadi perlu diselaraskan dulu.
Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai
sumber belajar. KHD menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan
dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman
berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat
atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus
sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka
agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga
menutupi/mengaburkan sifat-sifat
jeleknya.
Kodrat zaman bisa diartikan bahwa
kita sebagai guru harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya
agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam konteks
pembelajaran sekarang, ya kita harus bekali siswa dengan kecakapan Abad 21. Budi pekerti juga harus menjadi
bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran yang kita lakukan sebagai
guru. Guru harus senantiasa memberikan teladan yang baik bagi siswa-siswanya
dalam mengembangkan budi pekerti. Kita juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan
pembiasaan di sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti/akhlak mulia
kepada anak.
Dalam pembelajaran di kelas
hendaknya kita juga harus memperhatikan kodrati anak yang masih suka bermain. Lihatlah ketika anak-anak
sedang bermain pasti yang mereka rasakan adalah ‘kegembiraan’ dan
itu membuat suatu kesan yang membekas di hati dan pikirannya. Hendaknya guru
juga memasukan unsur permainan dalam pembelajaran agar siswa senang dan tidak
mudah bosan. Apalagi menggunakan permainan-permainan tradisional yang ada,
selain menyampaikan pembelajaran melalui permainan , kita juga mendidik dan
mengajak anak untuk melestarikan kebudayaan.
Hal terpenting yang harus
dilakukan seorang guru adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan
sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati,
memberikan teladan (ing ngarso sung
tulodho), membangun semangat (ing
madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh
kembangnya anak. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia
dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan.
Refleksi
Sebelum mempelajari dasar-dasar
pendidikan Ki Hajar Dewantara, saya percaya bahwa dengan tindakan-tindakan
tegas dan menghukum siswa bisa merubah perilakunya. Tapi perubahan
yang terjadi cuma didasari oleh rasa takut dan bersifat sementara, bukan atas
kesadaran pribadinya. Saya belum sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat
alam sang anak, sehingga sering marah-marah ketika ada anak yang lamban dalam
satu pelajaran. Belum banyak memberikan model-model pembelajaran yang menyenangkan
bagi anak.
Setelah mempelajari
pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, pemikiran yang berubah dari saya adalah
bahwa saya harus memberikan tuntunan kepada anak didik dengan lebih sabar dan
ikhlas, karena mereka masing-masing unik dan berbeda. Tidak perlu memberikan
hukuman yang sifatnya tidak mendidik, memberikan teladan agar mereka bisa
melihat dan menirunya. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka
dengan mencoba berbagai macam model pembelajaran.
Yang segera bisa saya terapkan dari
pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah tidak memberikan hukuman-hukuman
kepada siswa, lebih sabar dalam membimbing, mengenali lebih dalam karakter dan
latar belakang siswa (keluarga/lingkungan) dengan menjalin komunikasi dengan
orang tuanya, hal ini bisa dilakukan dengan kunjungan rumah atau home
visit. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa melalui
pemilihan media pembelajaran yang bervariasi baik berupa gambar, video maupun audio, atau
pembelajaran yang berbasis permainan (game based learning).
Demikian kesimpulan dan refleksi saya
tentang Dasar-dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Terima kasih semoga bermanfaat.
Salam sehat dan bahagia selalu
Penulis: Ruli Noor Muhaini